Sosok Ideal Bupati Pasaman: Antara Harapan dan Kenyataan

Opini33 Dilihat

Oleh :

DR. H. Zulfikri Toguan, SH. MH
Ketua Umum Masyarakat Pasaman dan Pasaman Barat di Riau (IKPPBR)

 

Pekanbaru, Beninginfo.com - Kabupaten Pasaman saat ini berada pada persimpangan penting dalam sejarah pembangunannya. Dengan kekayaan alam yang melimpah, potensi pertanian yang besar, serta kekuatan budaya yang kuat, Pasaman sebenarnya memiliki semua modal untuk menjadi daerah yang maju dan mandiri. Namun, realitasnya, masih banyak pekerjaan rumah yang belum selesai. Maka, pertanyaannya: seperti apa sosok ideal pemimpin—khususnya Bupati—yang dibutuhkan Pasaman hari ini?

Pertama-tama, seorang bupati ideal haruslah figur berintegritas tinggi. Di tengah krisis kepercayaan publik terhadap elite politik, masyarakat Pasaman membutuhkan pemimpin yang bersih, jujur, dan tidak terlibat dalam praktik-praktik KKN. Integritas bukan hanya soal tidak mencuri uang rakyat, tapi juga soal keberanian mengambil keputusan yang tidak populer demi kepentingan jangka panjang masyarakat.

Kedua, kedekatan dengan masyarakat menjadi syarat mutlak. Bupati tidak boleh hanya jadi tokoh formal yang duduk di balik meja kantor. Ia harus hadir di tengah-tengah rakyat, menyapa petani di ladang, mendengar keluh-kesah pedagang pasar, dan merespons langsung persoalan-persoalan nagari. Sosok pemimpin yang membumi dan merakyat bukan sekadar pencitraan, tapi kebutuhan nyata di Pasaman.

Ketiga, Pasaman butuh bupati yang berpihak pada rakyat kecil, bukan pada kepentingan elite atau investor yang hanya mengeruk sumber daya. Bupati ideal adalah mereka yang mendorong kemandirian ekonomi lokal: memberi dukungan pada UMKM, memperkuat sektor pertanian dan peternakan, serta membuka akses pasar bagi produk-produk asli Pasaman.

Keempat, pemimpin daerah saat ini harus punya visi besar dan wawasan luas. Pasaman punya potensi wisata alam luar biasa—sebut saja Gunung Talamau, Puncak Tonang, dan berbagai air terjun eksotis. Tetapi tanpa strategi pengelolaan yang matang, potensi itu akan terus jadi "modal tidur". Maka dibutuhkan sosok yang bisa merancang pembangunan berkelanjutan, tanpa merusak lingkungan atau mengorbankan kearifan lokal.

Kelima, kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang kuat menjadi kunci. Pasaman tidak butuh pemimpin yang hanya piawai berpidato, tapi juga mampu mengelola anggaran, membenahi birokrasi, dan menjalin kemitraan dengan pemerintah pusat maupun swasta untuk mendatangkan investasi yang tepat guna.

Terakhir, pemimpin Pasaman harus peka terhadap isu sosial dan lingkungan. Pasaman adalah daerah rawan bencana. Maka, bupati ideal adalah mereka yang tanggap darurat, mampu membangun sistem mitigasi bencana yang kuat, dan memiliki empati tinggi terhadap korban. Begitu pula dalam isu lingkungan: hutan dan sungai bukan hanya "aset", tapi warisan yang harus dijaga demi anak cucu.

Memilih pemimpin bukan hanya soal janji, tapi soal arah. Pasaman butuh pemimpin yang bukan hanya tahu ke mana kita harus pergi, tapi juga paham jalan terbaik untuk sampai ke sana. Sosok ideal bupati Pasaman bukanlah tokoh sempurna, tapi mereka yang mau belajar, mendengar, dan bekerja bersama rakyat.

Pasaman tidak kekurangan potensi—yang kita butuhkan hanyalah pemimpin yang mampu memaksimalkannya.***