Jakarta, Beninginfo.com- Presiden Amerika Serikat , Donald Trump mengambil kebijakan dengan menaikkan tarif impor mencapai 32 persen,
Dengan kenaikan tarif inport tersebut tidak sedikit para perusahaan yang tidak melakukan distribusi produk ke Amerika Serikat, termasuk Indonesia
Menaggapi hal tersebut, Ketua Umum Partai Rakyat, Arvindo Noviar dalam rilis nya mengatakan bayangan imperialisme Donald Trump mencoba menjadi bayang-bayang kelam bagi kemajuan peradaban umat manusia.
" Tarif impor 32% yang ia lemparkan kepada barang-barang kita bukan hanya sekadar angka—itu adalah rantai besi yang ditujukan untuk menjerat leher buruh, petani, dan anak-anak bangsa yang kini menatap masa depan dengan mata penuh tanya", ujar Arvindo
Lebih lanjut Arvindo mengatakan, Partai Rakyat, sebagai pendukung pemerintahan Prabowo-Gibran, berteriak keras, ini adalah perang dan dalam perang, hanya ada dua pilihan melawan atau mati sebagai budak ekonomi Amerika Serikat
" Tan Malaka pernah berkata, Kemerdekaan adalah logika sejarah, tetapi hanya mereka yang berani merebutnya yang akan hidup bebas, Logika itu kini nyata di depan kita. Trump, dengan America First tidak berdiri sekadar sebagai presiden, tetapi dia adalah simbol kapitalisme monopoli yang rakus, yang menghisap darah bangsa-bangsa lemah untuk menggemukkan perut Wall Street", tegas Arvindo
" Khus Ekspor kita berupa kain tenun buruh Bandung, minyak sawit petani Riau, mesin rakitan pemuda Banten, kini terancam mati di pelabuhan, terkubur oleh tarif yang membabi buta. Dua puluh miliar dolar setahun, nadi perekonomian kita, akan menguap, meninggalkan rakyat dalam kelaparan dan keputus asaan" , terang arvindo
Partai Rakyat mendukung Pemerintahan Prabowo-Gibran, dengan penuh harapan.
" Kita harus menuntutnya (pemerintahan Prabowo- Gibran - red) untuk terus bergerak, bukan dengan kata-kata manis, tetapi dengan tinju besi. Kepada pemerintah, Partai Rakyat mengusulkan Nasionalisasi aset-aset industri AS di Indonesia, rampas, kendali ekonomi dari kapitalis AS dan antek-anteknya, serahkan kekayaan bangsa itu pada tangan rakyat melalui negara, agar imperialisme tak lagi punya pijakan di bumi pertiwi kita dan Putus tali diplomasi dengan AS, tidak perlu merengek pada Trump, bangun benteng ekonomi dengan Tiongkok, Rusia, dan bangsa-bangsa merdeka lainnya, hingga kita berdiri tegak tanpa tuan", tegas Arvindo **(ical)